Sistem
Pembelajaran E-Learning
Pengertian E-learning adalah sebuah proses pembelajaran yang berbasis elektronik. E-learning adalah suatu sistem atau konsep
pendidikan yang memanfaatkan teknologi informasi dalam proses belajar mengajar.
Salah satu media yang digunakan adalah jaringan komputer. Dengan
dikembangkannya di jaringan komputer memungkinkan untuk dikembangkan dalam
bentuk berbasis web, sehingga kemudian dikembangkan ke jaringan komputer yang
lebih luas yaitu internet.
Penyajian e-learning berbasis web ini bisa menjadi lebih interaktif.
Sistem e-learning ini tidak memiliki batasan akses, inilah yang memungkinkan
perkuliahan bisa dilakukan lebih banyak waktu (Nugroho, 2007).
Istilah e-learning digunakan sebagai istilah untuk segala teknologi yang
digunakan untuk mendukung usaha-usaha pengajaran lewat teknologi elektronik
internet. Oleh karena itu, istilah e-learning lebih tepat ditujukan sebagai
usaha untuk membuat sebuah transformasi proses belajar mengajar yang ada di
sekolah/universitas ke dalam bentuk digital yang dijembatani oleh teknologi
internet (Purbo & Hartanto, 2002).
Manfaat E-Learning (Smaratungga, 2009) terdiri atas 4 hal, yaitu:
1.
Meningkatkan kadar interaksi
pembelajaran antara peserta didik dengan guru atau instruktur (enhance
interactivity).
Apabila dirancang secara cermat, pembelajaran elektronik dapat
meningkatkan kadar interaksi pembelajaran, baik antara peserta didik dengan
guru/instruktur, antara sesama peserta didik, maupun antara peserta didik
dengan bahan belajar (enhance interactivity). Berbeda halnya dengan
pembelajaran yang bersifat konvensional. Tidak semua peserta didik dalam
kegiatan pembelajaran konvensional dapat, berani atau mempunyai kesempatan
untuk mengajukan pertanyaan ataupun menyampaikan pendapatnya di dalam diskusi.
Mengapa?
Karena pada pembelajaran yang bersifat konvensional, kesempatan yang ada
atau yang disediakan dosen/guru/instruktur untuk berdiskusi atau bertanya jawab
sangat terbatas. Biasanya kesempatan yang terbatas ini juga cenderung
didominasi oleh beberapa peserta didik yang cepat
tanggap dan berani. Keadaan yang demikian ini tidak akan terjadi pada
pembelajaran elektronik. Peserta didik yang malu maupun yang ragu-ragu atau
kurang berani mempunyai peluang yang luas untuk mengajukan pertanyaan maupun
menyampaikan pernyataan/pendapat tanpa merasa diawasi atau mendapat tekanan
dari teman sekelas.
2.
Memungkinkan terjadinya interaksi
pembelajaran dari mana dan kapan saja (time and place flexibility).
Mengingat sumber belajar yang sudah dikemas secara elektronik dan
tersedia untuk diakses oleh peserta didik melalui internet, maka peserta didik
dapat melakukan interaksi dengan sumber belajar ini kapan saja dan dari mana
saja. Demikian juga dengan tugas-tugas kegiatan pembelajaran, dapat diserahkan
kepada instruktur begitu selesai dikerjakan. Tidak perlu menunggu sampai ada
janji untuk bertemu dengan guru/instruktur.
Peserta didik tidak terikat ketat dengan waktu dan tempat
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran sebagaimana halnya pada pendidikan
konvensional. Dalam kaitan ini, Universitas Terbuka Inggris telah memanfaatkan
internet sebagai metode/media penyajian materi. Sedangkan di Universitas
Terbuka Indonesia (UT), penggunaan internet untuk kegiatan pembelajaran telah
dikembangkan. Pada tahap awal, penggunaan internet di UT masih terbatas untuk
kegiatan tutorial saja atau yang disebut sebagai “tutorial elektronik”.
3. Menjangkau peserta didik dalam
cakupan yang luas (potential to reach a global audience).
Dengan fleksibilitas waktu dan tempat, maka jumlah peserta didik yang
dapat dijangkau melalui kegiatan pembelajaran elektronik semakin lebih banyak
atau meluas. Ruang dan tempat serta waktu tidak lagi menjadi hambatan. Siapa
saja, di mana saja, dan kapan saja, seseorang dapat belajar. Interaksi dengan
sumber belajar dilakukan melalui internet. Kesempatan belajar benar-benar
terbuka lebar bagi siapa saja yang membutuhkan.
4.
Mempermudah penyempurnaan dan
penyimpanan materi pembelajaran (easy updating of content as well as archivable
capabilities).
Fasilitas yang tersedia dalam teknologi internet dan berbagai perangkat
lunak yang terus berkembang turut membantu mempermudah pengembangan bahan
belajar elektronik. Demikian juga dengan penyempurnaan atau pemutakhiran bahan
belajar sesuai dengan tuntutan perkembangan materi keilmuannya dapat dilakukan
secara periodik dan mudah. Di samping itu, penyempurnaan metode penyajian
materi pembelajaran dapat pula dilakukan, baik yang
didasarkan atas umpan balik dari peserta didik maupun atas hasil
penilaian instruktur selaku penanggung-jawab atau pembina materi pembelajaran
itu sendiri.
Pengetahuan dan keterampilan
untuk pengembangan bahan belajar elektronik ini perlu dikuasai
terlebih dahulu oleh instruktur
yang akan mengembangkan bahan belajar elektronik. Demikian
juga dengan pengelolaan kegiatan
pembelajarannya sendiri. Harus ada komitmen dari instruktur
yang akan memantau perkembangan
kegiatan belajar peserta didiknya dan sekaligus secara
teratur memotivasi peserta
didiknya.
Secara
lebih rinci, Smaratungga (2009) mengungkapkan manfaat e-learning yang dapat
dilihat dari dua sudut yaitu:
·
Dari Sudut Peserta Didik
Dengan kegiatan
e-learning dimungkinkan berkembangnya
fleksibilitas belajar yang
tinggi.
Artinya, peserta didik dapat
mengakses bahan-bahan belajar setiap saat dan berulang-ulang.
Peserta didik juga dapat
berkomunikasi dengan instruktur setiap saat. Dengan kondisi yang
demikian ini, peserta didik dapat lebih memantapkan penguasaannya terhadap materi
pembelajaran.
Manakala fasilitas infrastruktur
tidak hanya tersedia di daerah perkotaan tetapi telah menjangkau
daerah kecamatan dan pedesaan,
maka kegiatan e-learning akan memberikan manfaat kepada
peserta didik yang:
1.
Belajar di sekolah-sekolah kecil
di daerah-daerah miskin untuk mengikuti mata pelajaran tertentu yang tidak
dapat diberikan oleh sekolahnya,
2.
Mengikuti program pendidikan
keluarga di rumah (home schoolers) untuk mempelajari materi pembelajaran yang
tidak dapat diajarkan oleh para orangtuanya, seperti bahasa asing dan
keterampilan di bidang komputer,
3.
Merasa phobia dengan sekolah,
atau peserta didik yang dirawat di rumah sakit maupun di rumah, yang putus
sekolah tetapi berminat melanjutkan pendidikannya, yang dikeluarkan oleh
sekolah, maupun peserta didik yang berada di berbagai daerah atau bahkan yang
berada di luar negeri, dan
4. Tidak
tertampung di sekolah konvensional untuk mendapatkan pendidikan.
·
Dari Sudut Instruktur
Dengan
adanya kegiatan e-learning, beberapa manfaat yang diperoleh instruktur antara
lain adalah bahwa instruktur dapat:
1.
Lebih mudah melakukan
pemutakhiran bahan-bahan belajar yang menjadi tanggung-jawabnya sesuai dengan
tuntutan perkembangan keilmuan yang terjadi,
2.
Mengembangkan diri atau melakukan
penelitian guna peningkatan wawasannya karena waktu luang yang dimiliki relatif
lebih banyak,
3.
Mengontrol kegiatan belajar
peserta didik. Bahkan instruktur juga dapat mengetahui kapan peserta didiknya
belajar, topik apa yang dipelajari, berapa lama sesuatu topik dipelajari, serta
berapa kali topik tertentu dipelajari ulang,
4.
Mengecek apakah peserta didik
telah mengerjakan soal-soal latihan setelah mempelajari topik tertentu, dan
5. Memeriksa
jawaban peserta didik dan memberitahukan hasilnya kepada peserta didik.
Tanggapan mengenai Sistem E-learning yang di terapkan di Universitas
Mercu Buana
E-Learning yang di implementasikan di kampus Mercu Buana, menurut saya
sudah berjalan dengan cukup baik. Karena Sistem E-learning merupakan salah satu
alternatif kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan melalui pemanfaatan
teknologi komputer dan internet yang sangat membantu dan mendukung pada masa
ini.
Mengenai sistem E-Learning itu sendiri pada Universitas Mercu Buana
sudah cukup memadai dan sangat membantu dalam proses pembelajaran Mahasiswa/i
khususnya untuk kelas karyawan yang cenderung tidak memiliki banyak waktu untuk
langsung melakukan kegiatan perkuliahan di kampus. Dengan adanya Sistem
E-Learning ini, maka setiap mahasiswa dapat mengerjakan tugas dan dapat
mengakses kegiatan pembelajaran dimanapun dan kapanpun tanpa harus datang
kekampus setiap saat guna meningkatkan efisiensi waktu.
Saran dan Rekomendasi untuk perbaikan Sistem E-Learning pada Masa
Mendatang
Saran saya adalah perlunya perbaikan pada server yang digunakan pada
Sistem E-Learning tersebut, agar tidak mengganggu mahasiswa dalam proses
pembelajarannya seperti saat mengerjakan forum dan quiz guna mempermudah
berjalannya proses belajar mengajar dan meningkatkan kinerja sistem dimasa
mendatang.
1.
Apa yang dimaksud dengan elearning dan jelaskan komponen system
informasi dari e-learning.
2.
Untuk Implemetasi e-learning pada suatu perguruan tinggi sumberdaya apa
saja yang diperlukan sehingga e-learning berjalan dengan baik secara efektif
dan efisien.
Jawab :
Pengertian E-learning adalah sebuah proses pembelajaran yang berbasis elektronik. E-learning adalah suatu sistem atau konsep
pendidikan yang memanfaatkan teknologi informasi dalam proses belajar mengajar.
Komponen E-Learning
Komponen yang membentuk e-learning
(Romisatriawahono, 2008) adalah:
1. Infrastruktur e-learning
Infrastruktur
e-learning merupakan peralatan yang digunakan dalam e-learning yang dapat
berupa Personal Computer ((PC), yakni komputer yang dimiliki secara pribadi
(Febrian, 2004)), jaringan komputer (yakni, kumpulan dari sejumlah perangkat
berupa komputer, hub, switch, router, atau perangkat jaringan lainnya yang
terhubung dengan menggunakan media komunikasi tertentu (Wagito, 2005)),
internet (merupakan singkatan dari Interconnection Networking yang diartikan
sebagai komputer-komputer yang terhubung di seluruh dunia (Febrian, 2004)) dan
perlengkapan multimedia (alat-alat media yang menggabungkan dua unsur atau
lebih media yang terdiri dari teks, grafis, gambar, foto, audio, video dan animasi
secara terintegrasi (Febrian,
2004)). Termasuk di dalamnya peralatan teleconference (pertemuan jarak
jauh antara beberapa orang yang fisiknya berada pada lokasi yang berbeda secara
geografis (Febrian, 2004)) apabila kita memberikan layanan synchronous learning
yakni proses pembelajaran terjadi pada saat yang sama ketika pengajar sedang
mengajar dan murid sedang belajar melalui teleconference.
2. Sistem dan Aplikasi E-Learning
Sistem dan aplikasi e-learning yang sering disebut dengan Learning
Management System (LMS), yang merupakan sistem perangkat lunak yang
mem-virtualisasi proses belajar mengajar konvensional untuk administrasi,
dokumentasi, laporan suatu program pelatihan, ruangan kelas dan peristiwa
online, program e-learning, dan konten pelatihan (Ellis, 2009)), misalnya,
segala
fitur yang berhubungan dengan manajemen proses belajar mengajar seperti
bagaimana manajemen kelas, pembuatan materi atau konten, forum diskusi, sistem
penilaian (rapor), serta sistem ujian online yang semuanya terakses dengan
internet.
3. Konten E-Learning
Konten e-learning merupakan konten dan bahan ajar yang ada pada
e-learning sistem (Learning Management System). Konten dan bahan ajar ini bisa
dalam bentuk misalnya Multimedia-based Content (konten berbentuk multimedia
interaktif seperti multimedia pembelajaran yang memungkinkan kita menggunakan
mouse, keyboard untuk mengoperasikannya) atau Text-based Content (konten
berbentuk teks seperti pada buku pelajaran yang ada di wikipedia.org,
ilmukomputer.com, dsb.). Biasa disimpan dalam Learning Management System (LMS)
sehingga dapat dijalankan oleh peserta didik kapan pun dan dimana pun.
Sedangkan ’aktor’ yang ada dalam pelaksanakan e-learning boleh dikatakan
sama dengan proses belajar mengajar konvensional, yaitu perlu adanya pengajar
(dosen) yang membimbing siswa (mahasiswa) yang menerima bahan ajar dan
administrator yang mengelola administrasi dan proses belajar mengajar.
Sumber Daya yang diperlukan agar
E-Learning berjalan dengan baik secara efektif dan efisien pada Implementasinya
di Perguruan Tinggi
Penggunaan E-learning sebagai bagian dari proses pembelajaran merupakan
ikhtiar penting dalam membantu peserta didik untuk mendapatkan materi
pembelajaran secara dini, tentunya materi pembelajaran sudah disiapkan terlebih
dahulu oleh pengajar sebagai agen pembelajaran. Oleh karena itu peserta didik
dapat mempersiapkan materi pembelajaran dengan terlebih dahulu mengakses materi
ajar. Kegiatan ini merupakan aktifitas pembelajaran mandiri yang dapat
dikerjakan peserta didik tanpa harus bertemu secara fisik dengan pengajar.
Dengan demikian ketika proses pembelajaran klasikal dan atau berkelompok,
peserta didik sudah terlebih dahulu mempelajari topik-topik pembelajaran yang
hendak didiskusikan dengan kelompok-kelompok yang lain. Oleh karena itu,
pembelajaran mandiri dengan materi pembelajaran berikutnya dapat terlaksana
dengan bantuan E-learning.
Efektivitas & Efisiensi E-Learning
Program E-learning yang efektif dimulai dengan
perencanaan dan terfokus pada kebutuhan bahan pelajaran dan kebutuhan siswa
atau mahasiswa. Teknologi yang tepat hanya dapat
diseleksi ketika elemen-elemen ini dimengerti
secara detil. Kenyataannya, kesuksesan program E-learning berhubungan dengan
usaha yang konsisten dan terintegrasi dari siswa atau mahasiswa, sekolah atau
fakultas, falilitator, staf penunjang, dan administrator.
1.
Mahasiswa. Sehubungan dengan konteks pendidikan, peran utama dari siswa atau mahasiswa
adalah untuk belajar dengan sukses, merupakan tugas yang penting, sehingga
perlu didukung oleh keadaan lingkungan yang baik, membutuhkan motivasi,
perencanaan dan kemampuan untuk menganalisa dengan menggunakan instruksi atau
modul yang terbaik. Ketika instruksi disampaikan pada suatu jarak tertentu,
menghasilkan tantangan tambahan karena mahasiswa sering terpisah dari
kebersamaan latar belakang dan interes lainnya, mempunyai hanya sedikit
kesempatan untuk berinteraksi dengan dosen diluar kelas, dan harus bergantung
pada hubungan teknis untuk menjembatani gap pemisah mahasiswa di dalam kelas.
2.
Lembaga/Universitas. Kesuksesan semua usaha E-learning bergantung juga pada tanggung
jawab lembaga/universitas. Fakultas bertanggung jawab pada pemahaman materi dan
pengembangan pemahaman tersebut sesuai dengan kebutuhan para mahasiswa.
3.
Fasilitator. Fakultas merasa lebih efisien
bila berhubungan dengan fasilitator setempat yang bertindak sebagai jembatan antara mahasiswa dan fakultas.
Supaya lebih efektif, seorang fasilitator harus mengerti kebutuhan para
mahasiswa yang dilayani dan harapan yang diinginkan fakultas. Lebih penting
lagi, fasilitator harus mengikuti arahan yang sudah ditentukan oleh fakultas.
Mereka perlu menyiapkan peralatan, mengumpulkan tugas para mahasiswa, melakukan
tes, dan bertindak sebagai instruktur setempat.
4.
Staff Penunjang. Kebayakan kesuksesan program E-learning berhubungan juga dengan penunjangan
fungsi-fungsi pelayanan seperti registrasi mahasiswa, perbanyakan dan
penyampaian materi kuliah, pemesanan buku teks, penjagaan copyright,
penjadwalan, pemrosesan laporan, pengelolaan sumber daya teknis, dll. Staf
penunjang merupakan kebutuhan utama untuk menciptakan keadaan, sehingga
E-learning tetap pada jalur yang benar.
5.
Administrator. Meskipun administrator biasanya ikut dalam perencanaan suatu program E-learning,
mereka sering kehilangan kontak dengan manajer teknis ketika program sedang
beroperasi. Administrator E-learning yang efektif bukan hanya sekedar
memberikan ide, tetapi perlu juga bekrjasama dan membuat konsensus dengan para
pembangun, pengambil keputusan, dan pengawas. Mereka harus bekerja sama dengan
personel teknis dan staf penunjang, meyakinkan
bahwa sumberdaya teknologi perlu dikembangkan secara efektif untuk keperluan
misi akademis kedepan. Lebih penting lagi bahwa didalam mengelola suatu
akademik perlu merealisasikan bahwa kebutuhan dan kesuksesan para mahasiswa
E-learning merupakan tanggung jawab utama.
Daftar Pustaka
1. Anonim 1, 2017. http://www.landasanteori.com/2015/09/pengertian-e-learning-definisi-manfaat.html (Diakses pada 19 Desember 2018 Jam 22.50)
2. Anonim 2, 2017. http://www.kajianpustaka.com/2014/06/pengertian-karaktiristik-dan-manfaat-elearning.html (Diakses pada 19 Desember 2018 Jam 22.53)
3. Elga, Afsarina. 2017. https://afsarinaelga.wordpress.com/2015/04/20/strategi-pembelajaran-e-learning/ (Diakses pada 20 Desember 2018 Jam 00.19)