Rabu, 19 Desember 2018

Sistem Informasi Manajemen Minggu 14 E-learning Prof. Dr. Hapzi Ali, CMA



Sistem Pembelajaran E-Learning

Pengertian E-learning adalah sebuah proses pembelajaran yang berbasis elektronik. E-learning adalah suatu sistem atau konsep pendidikan yang memanfaatkan teknologi informasi dalam proses belajar mengajar. Salah satu media yang digunakan adalah jaringan komputer. Dengan dikembangkannya di jaringan komputer memungkinkan untuk dikembangkan dalam bentuk berbasis web, sehingga kemudian dikembangkan ke jaringan komputer yang lebih luas yaitu internet.

Penyajian e-learning berbasis web ini bisa menjadi lebih interaktif. Sistem e-learning ini tidak memiliki batasan akses, inilah yang memungkinkan perkuliahan bisa dilakukan lebih banyak waktu (Nugroho, 2007).

Istilah e-learning digunakan sebagai istilah untuk segala teknologi yang digunakan untuk mendukung usaha-usaha pengajaran lewat teknologi elektronik internet. Oleh karena itu, istilah e-learning lebih tepat ditujukan sebagai usaha untuk membuat sebuah transformasi proses belajar mengajar yang ada di sekolah/universitas ke dalam bentuk digital yang dijembatani oleh teknologi internet (Purbo & Hartanto, 2002).

Manfaat E-Learning (Smaratungga, 2009) terdiri atas 4 hal, yaitu:

1.   Meningkatkan kadar interaksi pembelajaran antara peserta didik dengan guru atau instruktur (enhance interactivity).

Apabila dirancang secara cermat, pembelajaran elektronik dapat meningkatkan kadar interaksi pembelajaran, baik antara peserta didik dengan guru/instruktur, antara sesama peserta didik, maupun antara peserta didik dengan bahan belajar (enhance interactivity). Berbeda halnya dengan pembelajaran yang bersifat konvensional. Tidak semua peserta didik dalam kegiatan pembelajaran konvensional dapat, berani atau mempunyai kesempatan untuk mengajukan pertanyaan ataupun menyampaikan pendapatnya di dalam diskusi. Mengapa?

Karena pada pembelajaran yang bersifat konvensional, kesempatan yang ada atau yang disediakan dosen/guru/instruktur untuk berdiskusi atau bertanya jawab sangat terbatas. Biasanya kesempatan yang terbatas ini juga cenderung didominasi oleh beberapa peserta didik yang cepat


tanggap dan berani. Keadaan yang demikian ini tidak akan terjadi pada pembelajaran elektronik. Peserta didik yang malu maupun yang ragu-ragu atau kurang berani mempunyai peluang yang luas untuk mengajukan pertanyaan maupun menyampaikan pernyataan/pendapat tanpa merasa diawasi atau mendapat tekanan dari teman sekelas.

2.   Memungkinkan terjadinya interaksi pembelajaran dari mana dan kapan saja (time and place flexibility).

Mengingat sumber belajar yang sudah dikemas secara elektronik dan tersedia untuk diakses oleh peserta didik melalui internet, maka peserta didik dapat melakukan interaksi dengan sumber belajar ini kapan saja dan dari mana saja. Demikian juga dengan tugas-tugas kegiatan pembelajaran, dapat diserahkan kepada instruktur begitu selesai dikerjakan. Tidak perlu menunggu sampai ada janji untuk bertemu dengan guru/instruktur.

Peserta didik tidak terikat ketat dengan waktu dan tempat penyelenggaraan kegiatan pembelajaran sebagaimana halnya pada pendidikan konvensional. Dalam kaitan ini, Universitas Terbuka Inggris telah memanfaatkan internet sebagai metode/media penyajian materi. Sedangkan di Universitas Terbuka Indonesia (UT), penggunaan internet untuk kegiatan pembelajaran telah dikembangkan. Pada tahap awal, penggunaan internet di UT masih terbatas untuk kegiatan tutorial saja atau yang disebut sebagai “tutorial elektronik”.

3. Menjangkau peserta didik dalam cakupan yang luas (potential to reach a global audience).

Dengan fleksibilitas waktu dan tempat, maka jumlah peserta didik yang dapat dijangkau melalui kegiatan pembelajaran elektronik semakin lebih banyak atau meluas. Ruang dan tempat serta waktu tidak lagi menjadi hambatan. Siapa saja, di mana saja, dan kapan saja, seseorang dapat belajar. Interaksi dengan sumber belajar dilakukan melalui internet. Kesempatan belajar benar-benar terbuka lebar bagi siapa saja yang membutuhkan.

4.    Mempermudah penyempurnaan dan penyimpanan materi pembelajaran (easy updating of content as well as archivable capabilities).

Fasilitas yang tersedia dalam teknologi internet dan berbagai perangkat lunak yang terus berkembang turut membantu mempermudah pengembangan bahan belajar elektronik. Demikian juga dengan penyempurnaan atau pemutakhiran bahan belajar sesuai dengan tuntutan perkembangan materi keilmuannya dapat dilakukan secara periodik dan mudah. Di samping itu, penyempurnaan metode penyajian materi pembelajaran dapat pula dilakukan, baik yang


didasarkan atas umpan balik dari peserta didik maupun atas hasil penilaian instruktur selaku penanggung-jawab atau pembina materi pembelajaran itu sendiri.

Pengetahuan dan keterampilan untuk pengembangan bahan belajar elektronik ini perlu dikuasai

terlebih dahulu oleh instruktur yang akan mengembangkan bahan belajar elektronik. Demikian

juga dengan pengelolaan kegiatan pembelajarannya sendiri. Harus ada komitmen dari instruktur

yang akan memantau perkembangan kegiatan  belajar peserta didiknya  dan sekaligus secara

teratur memotivasi peserta didiknya.

Secara lebih rinci, Smaratungga (2009) mengungkapkan manfaat e-learning yang dapat dilihat dari dua sudut yaitu:

·         Dari Sudut Peserta Didik

Dengan  kegiatan  e-learning  dimungkinkan  berkembangnya  fleksibilitas  belajar  yang  tinggi.

Artinya, peserta didik dapat mengakses bahan-bahan belajar setiap saat dan berulang-ulang.

Peserta didik juga dapat berkomunikasi dengan instruktur setiap saat. Dengan kondisi yang

demikian   ini,    peserta   didik   dapat   lebih   memantapkan    penguasaannya   terhadap   materi

pembelajaran.

Manakala fasilitas infrastruktur tidak hanya tersedia di daerah perkotaan tetapi telah menjangkau

daerah kecamatan dan pedesaan, maka kegiatan e-learning akan memberikan manfaat kepada

peserta didik yang:

1.      Belajar di sekolah-sekolah kecil di daerah-daerah miskin untuk mengikuti mata pelajaran tertentu yang tidak dapat diberikan oleh sekolahnya,

2.      Mengikuti program pendidikan keluarga di rumah (home schoolers) untuk mempelajari materi pembelajaran yang tidak dapat diajarkan oleh para orangtuanya, seperti bahasa asing dan keterampilan di bidang komputer,

3.      Merasa phobia dengan sekolah, atau peserta didik yang dirawat di rumah sakit maupun di rumah, yang putus sekolah tetapi berminat melanjutkan pendidikannya, yang dikeluarkan oleh sekolah, maupun peserta didik yang berada di berbagai daerah atau bahkan yang berada di luar negeri, dan

4.      Tidak tertampung di sekolah konvensional untuk mendapatkan pendidikan.



·         Dari Sudut Instruktur

Dengan adanya kegiatan e-learning, beberapa manfaat yang diperoleh instruktur antara lain adalah bahwa instruktur dapat:


1.      Lebih mudah melakukan pemutakhiran bahan-bahan belajar yang menjadi tanggung-jawabnya sesuai dengan tuntutan perkembangan keilmuan yang terjadi,

2.      Mengembangkan diri atau melakukan penelitian guna peningkatan wawasannya karena waktu luang yang dimiliki relatif lebih banyak,

3.      Mengontrol kegiatan belajar peserta didik. Bahkan instruktur juga dapat mengetahui kapan peserta didiknya belajar, topik apa yang dipelajari, berapa lama sesuatu topik dipelajari, serta berapa kali topik tertentu dipelajari ulang,

4.      Mengecek apakah peserta didik telah mengerjakan soal-soal latihan setelah mempelajari topik tertentu, dan

5.      Memeriksa jawaban peserta didik dan memberitahukan hasilnya kepada peserta didik.

Tanggapan mengenai Sistem E-learning yang di terapkan di Universitas Mercu Buana

E-Learning yang di implementasikan di kampus Mercu Buana, menurut saya sudah berjalan dengan cukup baik. Karena Sistem E-learning merupakan salah satu alternatif kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan melalui pemanfaatan teknologi komputer dan internet yang sangat membantu dan mendukung pada masa ini.

Mengenai sistem E-Learning itu sendiri pada Universitas Mercu Buana sudah cukup memadai dan sangat membantu dalam proses pembelajaran Mahasiswa/i khususnya untuk kelas karyawan yang cenderung tidak memiliki banyak waktu untuk langsung melakukan kegiatan perkuliahan di kampus. Dengan adanya Sistem E-Learning ini, maka setiap mahasiswa dapat mengerjakan tugas dan dapat mengakses kegiatan pembelajaran dimanapun dan kapanpun tanpa harus datang kekampus setiap saat guna meningkatkan efisiensi waktu.

Saran dan Rekomendasi untuk perbaikan Sistem E-Learning pada Masa Mendatang

Saran saya adalah perlunya perbaikan pada server yang digunakan pada Sistem E-Learning tersebut, agar tidak mengganggu mahasiswa dalam proses pembelajarannya seperti saat mengerjakan forum dan quiz guna mempermudah berjalannya proses belajar mengajar dan meningkatkan kinerja sistem dimasa mendatang.

Quiz

1.      Apa yang dimaksud dengan elearning dan jelaskan komponen system informasi dari e-learning.

2.      Untuk Implemetasi e-learning pada suatu perguruan tinggi sumberdaya apa saja yang diperlukan sehingga e-learning berjalan dengan baik secara efektif dan efisien.

Jawab :

Pengertian E-learning adalah sebuah proses pembelajaran yang berbasis elektronik. E-learning adalah suatu sistem atau konsep pendidikan yang memanfaatkan teknologi informasi dalam proses belajar mengajar.

Komponen E-Learning

Komponen yang membentuk e-learning (Romisatriawahono, 2008) adalah:

1. Infrastruktur e-learning

Infrastruktur e-learning merupakan peralatan yang digunakan dalam e-learning yang dapat berupa Personal Computer ((PC), yakni komputer yang dimiliki secara pribadi (Febrian, 2004)), jaringan komputer (yakni, kumpulan dari sejumlah perangkat berupa komputer, hub, switch, router, atau perangkat jaringan lainnya yang terhubung dengan menggunakan media komunikasi tertentu (Wagito, 2005)), internet (merupakan singkatan dari Interconnection Networking yang diartikan sebagai komputer-komputer yang terhubung di seluruh dunia (Febrian, 2004)) dan perlengkapan multimedia (alat-alat media yang menggabungkan dua unsur atau lebih media yang terdiri dari teks, grafis, gambar, foto, audio, video dan animasi secara terintegrasi (Febrian,

2004)). Termasuk di dalamnya peralatan teleconference (pertemuan jarak jauh antara beberapa orang yang fisiknya berada pada lokasi yang berbeda secara geografis (Febrian, 2004)) apabila kita memberikan layanan synchronous learning yakni proses pembelajaran terjadi pada saat yang sama ketika pengajar sedang mengajar dan murid sedang belajar melalui teleconference.

2. Sistem dan Aplikasi E-Learning

Sistem dan aplikasi e-learning yang sering disebut dengan Learning Management System (LMS), yang merupakan sistem perangkat lunak yang mem-virtualisasi proses belajar mengajar konvensional untuk administrasi, dokumentasi, laporan suatu program pelatihan, ruangan kelas dan peristiwa online, program e-learning, dan konten pelatihan (Ellis, 2009)), misalnya, segala


fitur yang berhubungan dengan manajemen proses belajar mengajar seperti bagaimana manajemen kelas, pembuatan materi atau konten, forum diskusi, sistem penilaian (rapor), serta sistem ujian online yang semuanya terakses dengan internet.

3. Konten E-Learning

Konten e-learning merupakan konten dan bahan ajar yang ada pada e-learning sistem (Learning Management System). Konten dan bahan ajar ini bisa dalam bentuk misalnya Multimedia-based Content (konten berbentuk multimedia interaktif seperti multimedia pembelajaran yang memungkinkan kita menggunakan mouse, keyboard untuk mengoperasikannya) atau Text-based Content (konten berbentuk teks seperti pada buku pelajaran yang ada di wikipedia.org, ilmukomputer.com, dsb.). Biasa disimpan dalam Learning Management System (LMS) sehingga dapat dijalankan oleh peserta didik kapan pun dan dimana pun.

Sedangkan ’aktor’ yang ada dalam pelaksanakan e-learning boleh dikatakan sama dengan proses belajar mengajar konvensional, yaitu perlu adanya pengajar (dosen) yang membimbing siswa (mahasiswa) yang menerima bahan ajar dan administrator yang mengelola administrasi dan proses belajar mengajar.

Sumber Daya yang diperlukan agar E-Learning berjalan dengan baik secara efektif dan efisien pada Implementasinya di Perguruan Tinggi

Penggunaan E-learning sebagai bagian dari proses pembelajaran merupakan ikhtiar penting dalam membantu peserta didik untuk mendapatkan materi pembelajaran secara dini, tentunya materi pembelajaran sudah disiapkan terlebih dahulu oleh pengajar sebagai agen pembelajaran. Oleh karena itu peserta didik dapat mempersiapkan materi pembelajaran dengan terlebih dahulu mengakses materi ajar. Kegiatan ini merupakan aktifitas pembelajaran mandiri yang dapat dikerjakan peserta didik tanpa harus bertemu secara fisik dengan pengajar. Dengan demikian ketika proses pembelajaran klasikal dan atau berkelompok, peserta didik sudah terlebih dahulu mempelajari topik-topik pembelajaran yang hendak didiskusikan dengan kelompok-kelompok yang lain. Oleh karena itu, pembelajaran mandiri dengan materi pembelajaran berikutnya dapat terlaksana dengan bantuan E-learning.

Efektivitas & Efisiensi E-Learning

Program E-learning yang efektif dimulai dengan perencanaan dan terfokus pada kebutuhan bahan pelajaran dan kebutuhan siswa atau mahasiswa. Teknologi yang tepat hanya dapat


diseleksi ketika elemen-elemen ini dimengerti secara detil. Kenyataannya, kesuksesan program E-learning berhubungan dengan usaha yang konsisten dan terintegrasi dari siswa atau mahasiswa, sekolah atau fakultas, falilitator, staf penunjang, dan administrator.

1.      Mahasiswa. Sehubungan dengan konteks pendidikan, peran utama dari siswa atau mahasiswa adalah untuk belajar dengan sukses, merupakan tugas yang penting, sehingga perlu didukung oleh keadaan lingkungan yang baik, membutuhkan motivasi, perencanaan dan kemampuan untuk menganalisa dengan menggunakan instruksi atau modul yang terbaik. Ketika instruksi disampaikan pada suatu jarak tertentu, menghasilkan tantangan tambahan karena mahasiswa sering terpisah dari kebersamaan latar belakang dan interes lainnya, mempunyai hanya sedikit kesempatan untuk berinteraksi dengan dosen diluar kelas, dan harus bergantung pada hubungan teknis untuk menjembatani gap pemisah mahasiswa di dalam kelas.

2.      Lembaga/Universitas. Kesuksesan semua usaha E-learning bergantung juga pada tanggung jawab lembaga/universitas. Fakultas bertanggung jawab pada pemahaman materi dan pengembangan pemahaman tersebut sesuai dengan kebutuhan para mahasiswa.

3.      Fasilitator. Fakultas merasa lebih efisien bila berhubungan dengan fasilitator setempat yang bertindak sebagai jembatan antara mahasiswa dan fakultas. Supaya lebih efektif, seorang fasilitator harus mengerti kebutuhan para mahasiswa yang dilayani dan harapan yang diinginkan fakultas. Lebih penting lagi, fasilitator harus mengikuti arahan yang sudah ditentukan oleh fakultas. Mereka perlu menyiapkan peralatan, mengumpulkan tugas para mahasiswa, melakukan tes, dan bertindak sebagai instruktur setempat.

4.      Staff Penunjang. Kebayakan kesuksesan program E-learning berhubungan juga dengan penunjangan fungsi-fungsi pelayanan seperti registrasi mahasiswa, perbanyakan dan penyampaian materi kuliah, pemesanan buku teks, penjagaan copyright, penjadwalan, pemrosesan laporan, pengelolaan sumber daya teknis, dll. Staf penunjang merupakan kebutuhan utama untuk menciptakan keadaan, sehingga E-learning tetap pada jalur yang benar.

5.      Administrator. Meskipun administrator biasanya ikut dalam perencanaan suatu program E-learning, mereka sering kehilangan kontak dengan manajer teknis ketika program sedang beroperasi. Administrator E-learning yang efektif bukan hanya sekedar memberikan ide, tetapi perlu juga bekrjasama dan membuat konsensus dengan para pembangun, pengambil keputusan, dan pengawas. Mereka harus bekerja sama dengan


personel teknis dan staf penunjang, meyakinkan bahwa sumberdaya teknologi perlu dikembangkan secara efektif untuk keperluan misi akademis kedepan. Lebih penting lagi bahwa didalam mengelola suatu akademik perlu merealisasikan bahwa kebutuhan dan kesuksesan para mahasiswa E-learning merupakan tanggung jawab utama.











































Daftar Pustaka

1.      Anonim 1, 2017. http://www.landasanteori.com/2015/09/pengertian-e-learning-definisi-manfaat.html (Diakses pada 19 Desember 2018 Jam 22.50)

2.      Anonim 2, 2017. http://www.kajianpustaka.com/2014/06/pengertian-karaktiristik-dan-manfaat-elearning.html (Diakses pada 19 Desember 2018 Jam 22.53)

3.      Elga, Afsarina. 2017. https://afsarinaelga.wordpress.com/2015/04/20/strategi-pembelajaran-e-learning/ (Diakses pada 20 Desember 2018 Jam 00.19)

Sistem Informasi Manajemen Minggu 13 E-learning Prof. Dr. Hapzi Ali, CMA


QUIZ Minggu 12

1.  Jelaskan Pengertian dan fungsi dari Sistem Pendukung Keputusan (SPK) atau Decision Support System (DSS) dari sumber lain selain dari sumber dari  modul ini.
2.  Jelakankan tahapan dalam SPK dan apa maafaat sistem ini dalam pengambilan keputusan, serta beri contohnya.
Jawab :

   1.    Sistem Pendukung Keputusan (SPK) atau Decision Support System (DSS) adalah sebuah   sistem yang mampu memberikan kemampuan pemecahan masalah maupun kemampuan  pengkomunikasian untuk masalah dengan kondisi semi terstruktur dan tak terstruktur.  Sistem ini digunakan untuk membantu pengambilan keputusan dalam situasi semi  terstruktur dan situasi yang tidak terstruktur, dimana tak seorangpun tahu secara pasti  bagaimana keputusan seharusnya dibuat . SPK bertujuan untuk menyediakan informasi,  membimbing, memberikan prediksi serta mengarahkan kepada pengguna informasi agar  dapat melakukan pengambilan keputusan dengan lebih baik.

    2.    Tahapan SPK
·         Definisi masalah.
·         Pengumpulan data atau informasi yang relevan elemen.
·         Mengolah data menjadi informasi dalam bentuk grafik dan laporan tertulis.
·         Menentukan alternatif solusi (bisa dalam persentase).

    Manfaat SPK :
·         Membantu menentukan keputusan
·         Mengurangi kesalahan pengambilan keputusan
·         Manajemen keputusan
·         Penghematan waktu
·         Meningkatkan efektifitas
·         Meningkatkan komunikasi interpersonal
·         Peningkatan Bisnis
·         Pengurangan biaya
·         Meningkatkan kepuasan pengambil keputusan

Contohnya :

Misalnya, penggunaan paket software DSS untuk pendukung keputusan dapat menghasilkan berbagai tampilan sebagai respons terhadap alternative perubahan yang dimasukkan oleh manager. Hal ini berbeda dari respons permintaan dari sistem informasi manajemen, karfena pengambilan keputusan tidak minta informasi yang telah ditentukan sebelumnya. Sebaliknya, mereka mengeksplorasi alternative yang memungkinkan. Jadi, mereka tidak perlu menentukan kebutuhan informasi mereka di depan. Melainkan, mereka menggunakan DSS untuk menemukan informasi yang mereka butuhkan membantu mereka membuat keputusan. Itu adalah inti dari konsep sistem pendukung keputusan.
                                                                                                         



FORUM Minggu 12

Apakah pada perusahaan saudara telah mengimplementasi Sistem Pendukung Keputusan (SPK) atau Decision Support System (DSS) dalam mendukung pengambilan keputusan pada kegiatan bisnis, berikan contohnya berdasarkan pengalaman empiris saudara dan apa dampaknya bagi perusahaan kalau tidak mengimplementasi sistem ini.

Jawab :

Assalamualaikum wr wb

Sistem Pendukung Keputusan (SPK) atau Decision Support System (DSS) adalah sebuah sistem yang mampu memberikan kemampuan pemecahan masalah maupun kemampuan pengkomunikasian untuk masalah dengan kondisi semi terstruktur dan tak terstruktur. Sistem ini digunakan untuk membantu pengambilan keputusan dalam situasi semi terstruktur dan situasi yang tidak terstruktur, dimana tak seorangpun tahu secara pasti bagaimana keputusan seharusnya dibuat . SPK bertujuan untuk menyediakan informasi, membimbing, memberikan prediksi serta mengarahkan kepada pengguna informasi agar dapat melakukan pengambilan keputusan dengan lebih baik.

Karena saya bekerja di perusahaan farmasi, sistem pendukung keputusan dapat di artikan sebagai suatu rangkaian kerja yang dinamis antara input, output dan prosesnya. Keputusan  yang diambil bukan merupakan akhir dari sistem tetapi juga merupakan input dari dari tahapan berikutnya yaitu diagnosis. Dengan demikian sistem pengambilan keputusan ini adalah sebuah mekanisme kerja yang berkesinambungan tak terputus. Dan sistem pengambilan keputusan ini sesuai atau bisa di terapkan untuk sistem pendukung keputusan farmasi. Manfaat dari sistem pendukung ini, diantaranya :
1.    Sistem pendukung keputusan farmasi sangat di butuhkan keberadaanya untuk mengelola satu lembaga pelayanan kesehatan. Lebih-lebih dengan beban kerja yang besar dan tenaga kesehatan yang besar, maka keterpaduan dan kecepatan pelayanan  akan sangat tergantung pada adanya sistem pendukung keputusan  elektronik yang berkembang sekarang ini.
2.    Manfaat dari penggunaan teknologi ini dirasakan oleh para dokter, para ahli farmasi, dan pengelola klinik.
3.    Sistem pendukung keputusan  dalam bidang farmasi yang dilakukan dengan sistem komputer mampu meningkatkan efektif kerja dan jauh menekan resiko kesalahan tindakan medis dan pemberian obatnya.









DAFTAR PUSTAKA
http://muthiara086.blogspot.com/2017/06/quiz-minggu-12-1.html